Buku-buku Penggugat Wahabi, Ditunggangi Syi’ah dan Sepilis
Saat voa-islam menanyakan jati diri Syaikh Idahram kepada KH. Said Agil Siraj yang ditemui usai Wokshop Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren yang
digelar oleh Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta, tidak mau menjawab
secara jelas, siapa sesungguhnya Syaikh Idahram. Kiai NU itu hanya
menjawab ringkas, “Yang jelas, dia adalah bimbingan saya. Saya lah yang
membimbing penulis buku itu,” kata Said Agil.
Di dalam biodata penulis buku Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi,
Syaikh Idahram adalah sosok pemerhati gerakan-gerakan Islam, lahir di
Tanah Jawa, pada tahun 1970-an. Ketertarikannya terhadap fenomena Salafi
Wahabi terpupuk sejak ia melanglang buana dan belajar ke Timur Tengah,bertalaqqi kepada para masyayikh di sana dan berdiskusi dengan para ustadz.
Dalam upaya pencariannya itu, Syaikh Idahram pernah menjadi anggota organisasi Muhammadiyah beberapa tahun, aktif dalamliqa’ PKS (Partai
Keadilan Sejahtera) selama 4 tahun, pengurus kajian Hizbut Tahrir
selama 2 tahun, pejabat teras ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia), hingga akhirnya berlabuh dan basah kuyub dalam tasawuf
dengan berba’iat kepada seorang syaikh.
Maraknya
gerakan Islam garis keras di Indonesia, serta dorongan dari berbagai
pihak, membuat Idahram memutuskan untuk menuliskan apa yang diamatinya
selama ini tentang Salafi Wahabi. Ia sempat ragu ketika beberapa kawan
mengingatkannya tentang terror yang kerap kali terjadi terhadap para
pengkritik faham ini. Akan tetapi atas rekomendasi dari para masyayikh, penulis akhirnya memutuskan utnuk tetap menuliskan penelitiannya debgan menyiasati penggunaan nama pena, yaitu Syaikh Idahram.
Menurut
pengakuannya, buku Trilogi data dan Fakta Penyimpangan sekte Salafi
Wahabi ini lahir sebagai titik kulminasi dari rasa prihatin penulis
terhadap persatuan dan ukhuwah umat Islam yang saat ini sangat meradang
dan hanya tinggal wacana. Hingga akhirnya, pencarian dan penelitian yang
dilakukannya selama 9 tahun, mulai 2001-2010, membuahkan hasil ketiga
buku trilogi penyimpangan salafi wahabi tersebut. Sang Penulis, Syaikh
Idahram secara terbuka membuka ruang dialog melaui e-mail: salafiasli@yahoo.com .
Ditunggangi Syiah dan Sepilis
Yang menarik, Abu Muhammad Waskito, penulis buku “Bersikap
Adil Kepada Wahabi: Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku
Propaganda Karya Syaikh Idahram” (Penerbit : Pustaka Al-Kautsar), menduga
Syaikh Idahram adalah sosok Abu Salafy yang sering nongol di dunia maya
di Tanah Air. Jika di online memakai nama Abu Salafu, sedangkan di buku
memakai nama Syaikh Idahram.
Abu
Salafy ini punya sebuah blog propaganda yang mayoritas isinya menghujat
dakwah Salafiyah, menghina ulama-ulama Ahlu Sunnah, seperti Ibnu
Taimiyah, Ibnul Qayyim; menghina ulama wahabi, seperti Syaikh Muhammad
At-Tamimi, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Albani dan sebagainya.
Mengapa
AM Waskito menganggap Abu Salafy adalah sosok Idahram? “Karena
keduanya memiliki banyak kesamaan, yakni sama-sama menghujat Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab.
Belakangan
beredar informasi di internet bahwa sosok Syaikh Idahram bernama asli
Marhadi Muhayyar, namun info ini belum mendapat kepastian, mengingat
yang bersangkutan tak pernah secara gentle tampil ke public.
AM
Waskito dalam bukunya “Bersikap Adil kepada Wahabi” (Pustaka Al
Kautsar), juga mencurigai, sosok Syaikh Idahram, penulis buku Trilogi
Penyimpangan Salafi Wahabi tersebut adalah seorang penganut akidah Syiah
atau minimal pendukung Syiah. Meskipun dia tidak mengucapkan pengakuan
atas akidahnya, tetapi hal itu bisa dibuktikan dari perkataan-perkataan
dia sendiri dalam bukunya. Bukan hanya itu, Waskito mencium aroma,
ketiga buku tulisan Syaikh Idahram ditunggangi oleh kepentingan kaum
Syiah dan Sepilis (Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme).
Bukti kesyiahan Syaikh Idahram, menurut pengamatan Waskito diantaraya: Si penulis menyebut Kota Najaf di Irak sebagai Najaf Al-Asyraf. Sebutan semacam ini hanya dikenal di kalangan Syiah, bukan Ahlu Sunnah.
Kemudian,
Syaikh Idahram juga menyebutkan bahwa dalam Islam setidaknya ada tujuh
madzhab, yaitu: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali; ditambah
dua madzhab: Syiah, Ja’fari dan Imamiyah; ditambah 1 madzhab Zhahiri.
Perkataan seperti ini tidak dikenal dikalangan Ahlu Sunnah. Yang jelas,
tidak sedikit, Syaikh Idahram menggunakan referensi dari kaum Syiah.
Sejak
awal, AM Waskito menduga posisi Said Agil Siraj bukan hanya sebagai
pemberi kata pengantar. “Bisa jadi, dia terlibat langsung di balik
proyek penerbitan buku-buku propaganda itu,” ungkapnya curiga.
Dan
benar saja, KH. Said Agil Siraj kepada voa-Islam mengakui, bahwa buku
yang ditulis Syaikh Idahram adalah atas bimbingannya. “Saya lah yang
membimbing penulisnya,” kata Said Agil terus terang. [voa].
Powered By Facebook a>