Written by Abu Ubaidah Al Atsari dan Abu Usamah | |
Pertarungan antara ahlu tauhid dan ahlu syirik
merupakan sunnatullah yang tetap berjalan, tiada berakhir
hingga matahari terbit dari sebelah barat. Hal ini
merupakan ujian dan cobaan bagi ahlul haq agar terjadi
jihad fi sabilillah dengan lidah, pena, ataupun senjata.
Seandainya Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebaian kamu dengan sebagian yang lain. (Muhammad : 4)
Kita lihat musuh-musuh tauhid berusaha sekuat tenaga
dengan mengorbankan waktu dan harta mereka tanpa mengenal
lelah untuk membela kebatilan mereka, menebarkan
kesesatan mereka, dan memadamkan cahaya Rabb mereka.
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (At Taubah : 32).
Salah
satu senjata pamungkas mereka untuk memadamkan cahaya
Allah ialah dengan menjauhkan manusia dari da'i yang berpegang
teguh dengan Al Qur-an dan As Sunnah, dengan gelar-gelar yang
jelek dan mengerikan. Seperti kata yang populer di tengah
masyarakat, yaitu Wahhabi. Semua itu dengan tujuan menjauhkan
manusia dari dakwah yang haq.
Apa
sebenarnya Wahhabi itu? Mengapa mereka begitu benci
setengah mati terhadap Wahhabi? Sehingga buku-buku yang
membicarakan Muhammad bin Abdul Wahhab mencapai 80 kitab atau
lebih. Api kebencian mereka begitu membara hingga salah seorang di
antara mereka mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab bukan anak manusia, melainkan anak setan,
Subhanallah, adakah kebohongan setelah kebohogan ini?
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan kecuali dusta. (Al Kahfi : 5).
Hal
seperti ini terus diwarisi hingga sekarang. Maka kita liha
orang-orang yang berlagak alim atau kyai bangkit berteriak
memperingatkan para pengikutnya, membutakan hati mereka dari
dakwah yang penuh barakah ini, dan dari para da'i penyeru tauhid,
pemberantas syirik dengan sebutan-sebutan dan gelar-gelar
yang menggelikan, seperti gelar Wahhabi. Padahal mereka
(para pengikut ahli bid'ah ini) tidak mengetahui hakikat
da'wah yang dilancarkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (Al Baqarah : 13).
Yang
mereka dengar hanyalah tuduhan-tuduhan di tepi jurang yang
runtuh lalu bangunannya jatuh bersama-sama dia ke dalam neraka
Jahannam. Tuduhan-tuduhan mereka tidaklah ilmiyah sama sekali,
lebih lemah dari sarang laba-laba.
Seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al Ankabut : 41).
Semoga
kalimat sederhana ini dapat membuka pandangan mata mereka
terhadap dakwah ini dan agar binasa orang yang binasa di
atas keterangan yang nyata pula. Dan jangan sampai mereka termasuk
orang-orang yang difirmankan oleh Allah:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Bertaqwalah kepada Allah, maka bangkitlah kesombongan mereka untuk berbuat dosa. Maka cukuplah baginya neraka jahannam. Sesungguhnya neraka jahannam itu adalah tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (Al Baqarah : 206). Apakah Wahhabi itu?
Perlu
ditegaskan di sini bahwa penamaan dakwah ini dengan
dakwah Wahhabiyah dan para pengikutnya dengan Wahhabi merupakan
kesalahan kalau ditinjau dari segi lafadz dan maknanya.
Dari
segi lafadz, penamaan Wahhabiyah ini dinisbatkan kepada
Abdul Wahhab yang tidak mempunyai sangkut paut dengan dakwah ini,
dan tidak dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdil Wahhab -yang
menurut mereka, beliau adalah pendirinya-. Kalaulah mereka
jujur, tentu menamakannya dengan Dakwah Muhammadiyyah
karena nama beliau adalah Muhammad. Namun karena mereka
menganggap bahwa jika menamakan dakwah ini dengan Dakwa
Muhammadiyyah tidak akan menjauhkan manusia, maka mereka
menggantinya dengan Dakwah Wahhabiyah.
Adapun
dari segi makna, maka mereka juga keliru di dalamnya,
sebab dakwah ini mengikuti manhaj dakwah As Salaf Ash Shalih dari
kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Kalaulah mereka
jujur, tentunya menamai dakwah ini dengan dakwah
salafiyyah.
Jadi apakah Wahhabiyah itu? Dalam Kitab Fatwa Al Lajnah Ad Da'imah1) Juz 2, hal 174 diterangkan:
Wahhabiyah
adalah sebuah lafadz yang dilontarkan oleh musuh-musuh
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab disebabkan dakwa beliau
di dalam memurnikan tauhid, memberantas syirik, dan
membendung seluruh tata cara ibadah yang tidak dicontohkan Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Tujuan mereka dalam
menggunakan lafadz ini ialah menjauhkan manusia dari dakwah
beliau dan menghalangi mereka agar tidak mau mendengarkan
perkataan beliau.
Sungguh
sangat mengherankan omongan kebanyakan manusia, ketika
mereka melihat seorang yang mengagungkan tauhid, menyeru,
dan membelanya, mereka menyebutnya sebagai Wahhabi. Yang
lebih lucu lagi, ketika mereka menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah dan
Ibnul Qayyim keduanya adalah Wahhabi. Subhanallah! Apakah
Muhammad bin Abdil Wahhab melahirkan orang yang hidupnya
lebih dulu beberapa abad dari dirinya?
Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata, Mungkin sebagian
orang-orang bodoh akan menuduh Imam As Suyuti itu dengan
Wahhabi sebagaimana adat mereka. Padahal jarak wafat
antara keduanya kurang lebih 300 tahun. Aku teringat cerita
menarik sekali, terjadi di salah satu sekolah di Damaskus ketika
seorang guru sejarah beragama Nashara menceritakan tentang
sejarah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan dakwahnya
dalam memerangi syirik, kurafat dan kebid'ahan. Sehingga
seakan-akan guru Nashara itu memuji dan kagum kepadanya.
Maka berkatalah salah seorang muridnya, 'Wah guru kita
menjadi Wahhabi!'
Demikianlah
kebencian mereka terhadap Muhammad bin Abdil Wahhab dan
orang-orang yang mengikuti dakwahnya, bahkan kepada orang
Nashranipun -yang nyata-nyata bukan Muslimin- mereka tuduh
Wahhabi.
Dan orang-orang kafir itu tidak menyiksa orang-orang mukmin, melainkan karena mereka beriman kepada Allah Maha Perkasa Lagi Mana Terpuji. (Al Buruj : 8). Tuduhan dan Jawaban
Beragam
penilaian manusia dalam menilai dakwah ini. Sebagian
mereka berkeyakinan bahwa dakwah ini adalah madzhab kelima
setelah empat madzhab yang lain. Sebagian lagi menganggap
bahwa Wahabbi sangat ekstrim sehingga mudah mengkafirkan kaum
muslimin. Sebagian lagi menganggap bahwa Wahhabi tidak mencintai
Rasulullah dan para wali. Serta anggapan-anggapan lainnya
yang sama sekali tidak ada buktinya.
Sebelum
membantah tuduhan-tuduhan mereka renungilah perkataan Al
Allamah Muhammad Rasyid Ridha berikut ini: Pada masa
kecilku, aku sering mendengar cerita tentang Wahhabiyah
dari buku-buku Dahlan, dan selainnya. Sayapun
membenarkannya karena taqlid kepada guru-guru kami dan bapak-bapak
kami. Saya baru tahu tentang hakikat jama'ah ini setelah hijrah
ke Mesir. Ternyata aku mengetahui dengan yakin bahwa
mereka (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya)
yang berada di atas hidayah. Kemudian saya telaah
buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, anak-anaknya,
dan cucu-cucunya serta ulama-ulama lainnya dari Nejed,
maka saya mengetahui bahwa tidak sebuah tuduhan serta
celaan yang dilontarkan kepada mereka kecuali mereka menjawabnya.
Jika tuduhan itu dusta mereka berkata, Maha Suci Engkau (Ya,
Allah), ini adalah kedustaan yang besar. Tetapi jika tuduhan
itu ada asalnya, mereka menjelaskan hakikatnya dan
membantahnya. Sesungguhnya Ulama Sunnah dari India dan
Yaman telah meneliti, membahas dan menyelidiki
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab dan pengikutnya. Akhirnya mereka
mengambil kesimpulan bahwa para pencela itu tidak amanah dan tidak
jujur.
Baiklah, sekarang kita simak tuduhan-tuduhan mereka berikut jawabannya.
Agar Allah menetapkan yang haq, dan membatilkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa tidak menyukainya. (Al Anfal : 8).
1.
Mereka -ahli bid'ah- menganggap bahwa dakwah Wahhabiyah
merupakan madzhab kelima setelah empat madzhab lainnya
(Hambali, Maliki, Syafi'i dan Hanafy).
Jawaban:
Ini
merupakan kejahilan mereka, sebab telah merupakan perkara
yang masyhur dan memang nyata bahwa dakwah ini bukanlah
dakwah baru. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam hal
aqidah mengikuti madzhab Salaf. Adapun dalam masalah furu'
mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hambal. Maka bagaimanakah mereka
menyatakan bahwa Wahhabiyah merupakan dakwah baru serta
dianggapnya sebagai jama'ah sesat dan rusak? Semoga Allah
menghancurkan kejahilan, hawa nafsu dan taqlid.
Syaikh
Muhammad Jamil Zainu juga pernah bercerita, Aku pernah
bertemu seseorang di Suriah yang mengatakan tentang Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab bahwa beliau adalah pendiri
madzhab kelima dari empat madzhab. Maka akupun berkata
kepadanya bahwa bagaimana anda mengatakan demikian padahal
bukankah sudah mashur kalau madzhab beliau adalah Hambali? Sungguh
ini adalah kedustaan dan tuduhan tanpa bukti.
2. Mereka menganggap bahwa dakwah Wahhabiyah mudah mengkafirkan kaum muslimin.
Jawaban:
Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab sendiri yang menjawab tuduhan
ini ketika menuliskan dalam suratnya kepada Suwaidiy
-seorang alim dari Iraq-, Adapun apa yang kalian sebutkann
bahwa saya mengkafirkan kaum manusia, kecuali yang
mengikutiku dan bahwasanya aku menganggap pernikahan-pernikahan
mereka tidak sah, maka saya katakah bahwa sungguh mengherankan,
bagaimana hal ini dapat masuk akal, apakah ada seorang
muslim yang mengatakan demikian. Ketahuilah aku berlepas
diri kepada Allah dari tuduhan ini, yang tidak muncul
melainkan dari orang yang terbalik akalnya. Adapun yang
saya kafirkan adalah orang yang telah mengetahui agama
Rasul, kemudian setelah mengetahuinya ia mencelanya,
melarangnya dan memusuhi orang yang menegakkannya. Inilah
yang saya kafirkan.
3. Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun tidak mencintai Rasulullah.
Jawaban:
Ketahuilah
wahai orang-orang yang berakal, bahwa Syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab mempunyai kitab yang berjudul Mukhtashar
Sirah Ar Rasul yang berisi tentang perjalanan hidup
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ini menunjukkan kecintaan
beliau terhadap beliau shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka
tuduhan ini merupakan kedustaan dan kebohongan yang akan
dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Kemudian
kita katakan kepada mereka -penuduh- apakah cinta kepada
Rasulullah itu dengan mengadakan maulid Nabi, shalawatan bid'ah,
atau selainnya yang tidak pernah diajarkan Rasulullah sendiri?
Ataukah dengan mengagungkan sunnahnya, menghidupkannya, dan
membelanya, serta memberantas lawannya (yaitu bid'ah)
sampai keakar-akarnya. Jawablah wahai orang-orang yang
dikaruniai akal.
Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (Ali Imran : 31).
Al
Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya juz 2 hal 37,
Ayat ini merupakan hakim bagi setiap prang yang mengakui
mencintai Allah padahal tidak mengikuti manhaj yang
ditempuh oleh Rasulullah. Dia dianggap dusta dalam pengakuannya
hingga dia mengikuti syari'at Rasulullah dalam segala hal, baik
dalam perkataan, perbuatan maupun keadaan.
4.
Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun menganggap diri mereka
maksum, sehingga hanya merekalah yang benar dan tidak
menerima kesalahan. Adapun selain mereka dianggap penuh kesalahan
dan tidak pernah benar.
Jawaban:
Sungguh
ini adalah tuduhan dusta. Inilah kitab-kitab ulama kami
dan dialog mereka bersama bersama musuh-musuh mereka.
Tidak dijumpai seperti yang dituduhkan ini. Bahkan mereka
menerangkan Al Haq dan membantah Al Bathil dengan hujjah
yang kuat dan penuh hikmah. Dan mereka -para ulama- tidak
menganggap diri mereka terjaga dari dosa ataupun menolak kebenaran
yang datang dari kesalahan mereka.
Inilah
imam mereka (Wahhabiyun), Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab dalam salah satu suratnya berkata, Dan aku berharap
agar aku tidak menolak kebenaran yang datang kepadaku.
Aku bersaksi kepada Allah, para Malaikat-Nya bahwa apabila datang
kepadaku kebenaran, aku akan menerimanya dan aku akan lemparkan
semua perkataan imamku yang menyelisihi kebenaran, selain
Rasulullah, karena ia tidak mengatakan sesuatu kecuali al
haq.
5. Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun mengingkari syafa'at Rasulullah.
Jawaban:
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz menyatakan, Tidak asing lagi bagi
orang yang berakal dan mempelajari sirah perjalanan Imam
Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya yang harum
namanya, bahwa mereka semuanya berlepas diri dari tuduhan
ini. Lihatlah imam Muhammad bin Abdil Wahhab telah
menetapkan syafa'at Rasul bagi umatnya dalam berbagai
karya-karya beliau, seperti Kitab Tauhid dan Kasyfus Subhat, maka
dari sini jelaslah bagi kita bahwa tuduhan ini bathil dan dusta.
Sebenarnya yang diingkari oleh Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab adalah meminta syafa'at kepada orang-orang yang
sudah mati.
6.
Mereka menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab diakhir
hayatnya menyimpang dari jalan yang benar dengan menolak
beberapa hadits yang tidak cocok dengan akalnya.
Jawaban:
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz telah menyanggah tuduhan ini dengan
perkataan, Ini termasuk tuduhan dusta karena beliau
diwafatkan sedangkan beliau termasuk da'i besar yang
menyeru kepada aqidah salaf dan manhaj yang shahih, maka tuduhan
ini sangatlah dusta karena beliau sangat menghormati sunnah,
menerima dan mendakwahkannya hingga akhir hayatnya,
Inilah
sekelumit tuduhan-tuduhan ahli bid'ah terhadap dakwah
yang pernah barakah ini. Semua itu hanyalah kedustaan di
atas kedustaan. Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh
Al Imam Ibnul Mubarak, Isnad itu termasuk agama,
seandainya tanpa isnad maka manusia akan berkata semaunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata dalam Majmu' Fatawa Juz I/9:
Ilmu
sanad dan riwayat merupakan kekhususan umat nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, Allah menjadikannya sebagai
tangga kebenaran. Ketika Ahlul Kitab tidak mempunyai ilmu
sanad maka bertebaranlah penukilan-penukilan dusta
diantara mereka. Demikian juga para penyesat dan ahlu bid'ah dari
kalangan umat ini sama dengan Ahlu Kitab, tidak ada bedanya.
Maka dengan ilmu sanadlah dapat terbedakan antara al haq
dan al bathil.
Untuk
mengakhiri pembahasan kita, rasanya sangat penting bagi
kita untuk memperhatikan tiga perkara berikut ini
sekaligus sebagai kesimpulan dari uraian di atas:
--------------
1) Sebuah lembaga pemberi fatwa di Saudi Arabia
Disarikan dari tulisan Abu Ubaidah Al Atsari dan Abu Usamah pada Majalah As Sunnah Edisi 12/Th.IV/1421 - 2000.
|
Powered By Facebook a>